MENGAJAR
MEMBACA BERDASARKAN
PENDEKATAN
PROSES UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
SD
Dosen
Pengampu: Dr. Kastam Syamsi, M.Ed.
Oleh :
MUSMALYADI (14712259018)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014/
2015
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
BAB II.MEMBACA BERDASARKAN PENDEKATAN PROSES ................... 5
A. Pengertian Membaca
............................................................................... 5
B.
Jenis-Jenis
Membaca ............................................................................... 7
C.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemampuan Membaca ................... 9
D. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran .................................................. 12
E. Pengajaran
Membaca dengan Pendekatan Proses.................................... 12
BAB III.
KESIMPULAN................................................................................... 21
Daftar
Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
utama bagi sebagian besar siswa di Indonesia. Artinya, ketika masuk sekolah,
siswa telah dituntut oleh lingkungan untuk berbahasa Indonesia sehingga tugas
guru adalah meningkatkan keterampilan itu melalui kegiatan berbahasa Indonesia
secara nyata, bukan mengajarkan ilmu tentang bahasa Indonesia. Namun
kenyatannya adalah guru lebih banyak menerangkan tentang ilmu bahasa
(form-focus) sedangkan keterampilan berbahasa nyata kurang diperhatikan,
misalnya keterampilan membaca dan menulis sebagai suatu mata pelajaran yang
diajarkan, bukan sebagai media berkomunikasi dan berekspresi. Guru lebih banyak
membahas tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan
bahasa (using language).
Pengajaran bahasa Indonesia dilakukan
sejak dini, yakni mulai dari Sekolah Dasar (SD) sebagai tonggak pertama
pendidikan yang akan digunakan sebagai landasan kuat untuk jenjang yang lebih
lanjut. Pengajaran bahasa Indonesia di SD harus memberikan bekal keterampilan. SD
mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif,
baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar
peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1. Berkomunikasi
secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun
tertulis.
2. Menghargai
bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara.
3. Memahami
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan.
4. Menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan
emosional dan sosial.
5. Menikmati
dan memanfaatkan karya sastra untuk meningkatkan wawasan, memperhalus budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bahasa.
6. Menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 6).
Penguasaan bahasa Indonesia yang baik
dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi keterampilan reseptif
(membaca dan mendengarkan/menyimak) dan keterampilan produktif (menulis dan
berbicara). Membaca termasuk salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
reseptif. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang
tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan
memperluas wawasannya.
Menurut Farida Rahim (2008:2) membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Suatu proses yang menuntut agar kelompok
kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas
dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan ditangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Kualitas
keterampilan membaca siswa dapat ditingkatkan jika dilakuakan secara produktif,
perlu dilakukan pendekatan pengajaran bahasa Indonesia yang teraarah sehingga
mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang optimal. Saat ini, masih
banyak sistem pengajaran yang berjalan secara konvensional sehinggga menghambat
para siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif. Guru mendominasikan sebagian
besar aktifitas dalam proses belajar mengajar sehingga siswa cenderung bersifat
pasif, yang mengakibatkan pengajaran sepenuhnya bergantung pada guru yang
dianggap sebagai sumber pembelajaran.
Mencapai
hasil belajar yang optimal terutama bidang keterampilan membaca, perlu
pendekatan pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar dan
kreativitas para siswa. Adapun upaya yang digunkan untuk meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar bagi siswa sebagai subjek didik bisa dengan pendekatan
keterampilan proses.
Pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif
dalam proses belajar mengajar yang sesuai dalam era perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pendekatan ini memberikan pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang cocok untuk memperoleh serta mengembangkan kompetensi bahasa
yang dipelajarinya dalam hal bahasa Indonesia.
BAB II
MENGAJAR
MEMBACA
BERDASARKAN
PENDEKATAN PROSES
A. Pengertian Membaca
Tomkins
(1995: 198) menyatakan membaca merupakan suatu proses transaktif
ketika pembaca menegosiasikan makna atau
menginterpretasikan. Weaver (1988) selama membaca makna tidak begitu saja
datang dengan sendirinya dari teks/bacaan ke pembaca, tetapi dalam proses membaca terjadi negosiasi yang
kompleks antara teks dan pembaca yang ditentukan oleh konteks situasi dan
konteks sosiolinguistik yang luas.
Louise Rosenblatt (1978) dalam
Tomkins (1995:335) mengemukakan ’’reading
is personal experience during which readers connect the story they are reading
to their own lives and previous experiences with literature’’. Hodgson
(dalam Tarigan, 2008:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal
ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan ditangkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Konteks situasi meliputi
pengetahuan pembaca tentang topik bacaan, tujuan membaca (untuk apa), dan
faktor-faktor lain yang terkait dengan situasi pembaca. Konteks sosiolinguistik
yang luas meliputi bahasa masyarakat tempat pembaca tinggal, seberapa miripkah
dengan bahasa yang digunakan dalam teks/bacaan yang dibaca, budaya dari pembaca
berdasarkan harapan saat membaca, serta harapan
pembaca terhadap kegiatan
membaca berdasarkan atas pengalaman-pengalaman yang pernah
diperoleh.
Kemampuan membaca bagi seorang siswa
sangat penting karena merupakan salah satu dasar untuk memahami dan menambah
pengetahuan mata pelajaran yang lain. Pendapat Burns dalam Farida Rahim (2008:
1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat terpelajar.
Belajar membaca merupakan usaha terus menerus. Pembelajaran membaca mempunyai
kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran
Menurut Roe_Smith (2012:4-5) Ketika mereka membaca, siswa harus
memiliki aspek aspek proses membaca yaitu:
1.
Melihat simbol di depan
mereka dan menafsirkan apa yang mereka lihat (sensory and perceptual aspect).
2.
Ikuti pola linear, logis dan
gramatikal kata-kata tertulis (aspek sekuensial)
3.
Berkaitan kata kembali ke
pengalaman langsung untuk memberikan arti kata (aspek pengalaman)
4.
Membuat kesimpulan dari dan
mengevaluasi bahan (aspek berpikir)
5.
Ingat bahwa mereka pelajari
di masa lalu dan menggabungkan ide-ide baru dan fakta (aspek pembelajaran)
6.
Kenali hubungan antara
simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang mereka wakili (aspek asosiasi)
7.
Berurusan dengan kepentingan
pribadi dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca (aspek afektif)
8.
Meletakkan segala sesuatu
bersama-sama untuk memahami materi (aspek konstruktif)
B. Jenis-jenis Membaca
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
membaca, jenis membaca menurut Gordon (2006:46) meliputi:
1. Membaca
teknik.
Jenis
membaca ini berkaitan degan lafal kata; tanda baca (pengtuasi); intonasi;
tekanan; dan sebagianya. Sasaran yang akan dicapai pembaca teknis meliputi: (1)
melafalkan kata-kata bahasa Indonesia secara tepat; (2) menguasai tanda baca
(pungtuasi); (3) memahami bahan bacaan.
2. Membaca
dalam hati.
Jenis
membaca ini dilaksanakan dengan media mata dan ingatan serta tanpa adanya gerak
kepala, jari, ataupun mulut (suara). Tujuan membaca dalam hati adalah menyerap
informasi dari suatu bacaan dengan memahami isi bacaan yang tersirat maupun
tersurat.
3. Membaca
bahasa.
Jenis membaca ini mempunyai kesamaan dengan membaca dalam
hati terutama dalam hal tidak bersuara sewaktu aktivitas membaca dilaksanakan.
Tujuan yang akan dicapai dalam membaca bahasa adalah menambah Pengetahuan tentang seluk-beluk bahasa Indonesia yang
meliputi: (a) pengetahuan kosakata bahasa Indonesia; (b) pengetahuan yang
menyangkut tata bentukan (morfologi); (c) pengetahuan yang menyangkut tentang
tata kalimat bahasa Indonesia (sintaksis); (d) pengetahuan yang menyangkut tata
tulis bahasa Indonesia (struktur); (e) menanggapi dan menganalisis informasi.
4.
Membaca cepat.
Seperti halnya membaca dalam hati, dan membaca bahasa,
jenis membaca cepat pun dilakukan tanpa suara. Membaca cepat mengutamakan kecepatan
membaca dalam memahami bacaan.
5.
Membaca indah
Jenis membaca ini sering disebut membaca emosional,
dinamai demikian karena selalu menyangkut pada hal-hal yang berkaitan dengan
keindahan atau estetika yang dapat menimbulkan emosi atau perasaan dari pembaca
atau pendengarnya. Membaca indah bertujuan memperoleh keindahan yang sumbernya
bahasa atau keindahan yang bersumber pada bacaan. Jenis membaca indah dapat
juga direalisasikan melalui kegiatan membaca puisi, cerpen, drama, dan
sebagainya.
6. Membaca pustaka.
Pelaksanaan
membaca pustaka dilaksanakan di perpustakaan sekolah. Membaca pustaka bertujuan
menambah informasi beberapa bidang ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam
pelajaran maupun di luar pelajaran.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan Membaca
Menurut Farida (2008:) Banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan atau membaca
lanjut(membaca pemahaman) diantaranya
1. Faktor
Fisiologis
Faktor fisiologis
mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan
juga merupakan kondisi yang tidak mengguntunkan bagi anak untuk belajar,
khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan
alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak.
2. Faktor
intelektual
Rubin(1993)
mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa
yang mempunyai intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara umum,
inteligensi anak tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam
membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru
juga turut memengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.
3. Faktor
lingkungan
a. Latar
belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat
membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah
memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu
pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar
membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang
penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan
mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan
kendala yang berarti dalam membaca.
Rumah juga berpengaruh
pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca,
memiliki koleksi buku, menghargai mebaca, dan senang membacakan cerita kepada
anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca.
b. Faktor
sosial ekonomi
Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi siswa memengaruhi kemampuan verbal
siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal
siswa.
4. Faktor
psikologis
a. Motivasi
Motivasi adalah faktor
kunci dalam belajar membaca. Eanes (1997) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu
sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus
mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan
pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai kebutuhan.
b. Minat
Minat baca ialah
keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang
mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaan nya untuk
mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran sendiri.
c. Kematangan
sosio dan emosi serta penyesuaian diri
Ada tiga aspek
kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas sosial, (2) kepercayaan
diri), dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Seorang siswa harus
mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah,
menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan
sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pembelajaran
membaca. Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang
percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan
kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat
bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan
selalu meminta untuk diperhatikan.
D.
Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Lingkungan belajar perlu dikondisikan agar
memiliki situasi yang mampu membuat siswa dapat menciptakan pengetahuan melalui
aktivitasnya sendiri, baik fisik maupun mental. Selanjutnya (Arbainsyah, 2008 : 70-71) mengatakan dalam
proses pembelajaran guru harus berperan sebagai;
1.
Fasilitator, guru harus merencanakan dan mengorganisasikan proses pembelajaran
dengan baik.
2.
Pembimbing (guide), guru melakukan bimbingan dan penyuluhan,
memberikan arahan-arahan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran.
3.
Berpikir terbuka (open minded), guru diharapkan dapat
mengakomodasikan segala cara untuk mencapai efektifitas pembelajaran.
4.
Pendukung (supporter), guru diharapkan mampu memberikan
saran, tantangan kreatifitas, dan berpikir bebas.
5. Mengakui cara belajar
individual, guru harus selalu mampu memperhatikan segala kemungkinan -
kemungkinan adanya kekuatan, keperluan, dan perasaan setiap siswa
E. Pengajaran Membaca dengan
Pendekatan Proses
1.
Tahap-tahap
Proses Membaca
a.
Tahap 1: Persiapan untuk membaca
Proses
membaca tidak dimulai dengan membuka buku dan langsung membaca, akan tetapi
melalui sebuah persiapan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah (1) memilih
teks/buku (choose books), (2) menghubungkan teks dengan pengalaman pribadi dan
pengalaman membaca yang pernah diperoleh sebelumnya (make connections), (3)
membuat perencanaan membaca (plan for reading).
1) Memilih
teks/buku (choose books)
Pembaca mengawali proses membaca
dengan pertama kali memilih buku atau teks yang ingin dibacanya. Ohlhausen dan
Jepsen (1992) mengembangkan tiga kategori buku (Too Easy, Too Hard, Just Right)
yang dikenal dengan istilah “Goldilocks Strategy”. Kategori Too Easy adalah
buku yang sudah pernah dibaca sebelumnya atau buku yang sudah lancar dibaca.
Kategori Too Hard adalah buku yang sulit, jarang dikenal, dan sering kali
membingungkan pembacanya. Kategori Just Right adalah buku dengan sedikit
kalimat yang tidak dimengerti, buku yang menyenangkan saat dibaca, dan sesuai
dengan keinginan pembaca.
2) Menghubungkan
teks dengan pengalaman pribadi dan pengalaman membaca yang pernah diperoleh
sebelumnya (make connections)
Pembaca menggunakan pengetahuan
awal mereka, skema tentang buku atau teks yang akan dibaca, kemudian mereka
menghubungkannya dengan pengalaman pribadi, pengalaman membaca sebelumnya dan
mengaitkannya juga dengan tema yang akan dipelajari.
3) Membuat
perencanaan membaca (planing for reading)
Pembaca membuat prediksi sebelum
memulai membaca tentang focus cerita, karakter atau kejadian dalam sebuah
cerita, prediksi tentang informasi yang
ada di buku apakah sama dengan informasi yang kita cari. Dalam membuat
perencanaan ini pembaca mungkin melihat index dalam buku untuk mengetahui
halaman yang sesuai dengan informasi yang ingin kita cari, dan pembaca mungkin
juga menterjemahkan teks yang mungkin dirasa sulit dimengerti dengan bertanya
kepada guru atau dengan menggunakan bantuan kamus.
b.
Tahap
2 : Membaca (reading)
Pada tahap ini siswa membaca buku
atau bentuk teks lainnya. Pada tahap ini siswa membaca keseluruhan teks atau bacaan.
Sehingga siswa mampu mengkonfirmasi prediksi-prediksi yang telah dibuat sebelum
membaca buku. Pada tahap ini siswa memaknai atas apa yang dibacanya dengan
menggunakan beberapa strategi seperti visualisasi, elaborasi, dan monitoring.
Ada lima jenis atau model membaca, yaitu (1) membaca
nyaring (reading aloud), (2) membaca bersama (shared reading),
(3) membaca berpasangan (buddy reading), (4) membaca terbimbing (guided
reading), dan (5) membaca bebas (independent reading)
1) Membaca nyaring (reading aloud)
Guru membacakan teks atau buku
dengan nyaring dan siswa mendengarkannya. Jenis membaca ini dilakukan jika
hanya ada satu buku atau teks sebagai sumber belajar.
2) Membaca bersama (shared reading)
Siswa bersama-sama menirukan atas
apa yang dibaca guru, atau siswa bersama-sama membaca buku di kelas tanpa ada
guru yang membacanya. Membaca bersama ini dapat dilakukan apabila ada beberapa
salinan buku di dalam kelas, atau tulisan yang ada di papan tulis.
3) Membaca berpasangan (buddy reading)
Dua siswa membaca buku secara
bersamaan. Kadang-kadang mereka bergantian membaca secara nyaring,
kadang-kadang juga membaca dengan lirih. Tipe membaca ini sangat berguna untuk
mereka yang mungkin belum lancar membaca sehingga mampu mengerti isi bacaan
4) Membaca terbimbing (guided reading)
Siswa membaca buku
dengan bantuan panduan atau bimbingan dari guru. Membaca terbimbing ini sangat
berguna disaat siswa kesulitan dengan bacaan dan disaat siswa ingin menafsirkan
bacaan tersebut
5) Membaca bebas (independent reading)
Siswa bebas membaca
buku atau teks apapun. Kadang antara siswa yang satu dengan lainnya sama-sama
membaca buku yang sama , tetapi kadang-kadang juga berbeda. Siswa bebas
menentukan buku apa yang ingin dibaca sesuai dengan tujuannya masing-masing,
apakah membaca estetik atau membaca eferen.
c.
Tahap 3 : Merespon (responding)
Pada tahap ini pembaca
merespon atas apa yang mereka baca dan selanjutnya mencoba memahami makna/isi
yang terkandung di dalam bacaan tersebut. Ada dua hal yang harus dilakukan
dalam tahap merespon ini, yaitu (1) menulis di dalam catatan membaca (writing in reading logs), (2)
berpartisipasi dalam sebuah percakapan kelompok/besar (participating in grand conversation)
1) Menulis atau merespon di dalam catatan membaca (writing in reading logs)
Siswa menulis dan
menggambarkan ke dalam sebuah catatan (reading
logs) tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan setelah membaca.
2) Berpartisipasi dalam sebuah percakapan kelompok/besar (participating in grand conversation)
Setelah membaca siswa
saling berbagi dan berdiskusi dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok
tentang apa yang sudah dibacanya, apa yang dirasakan, dan apa yang dipikirkan
d.
Tahap 4 : Mengeksplorasi
teks (exploring the text)
Setelah merespon atas apa
yang telah dibaca, siswa kembali memperhatikan teks untuk menggali isinya
secara lebih mendalam / analitis. Untuk itu siswa melakukan beberapa
langkah-langkah yaitu:
1)
Membaca ulang buku/bacaan (rereading the text)
Membaca kembali bacaan atau teks untuk
lebih memahami apa yang dibacanya serta mengaitkan dengan pengalaman hidup
pembaca
2)
Menguji keahlian khusus
penulis (examining the author's
craft)
Fokus kepada karakter yang digunakan
penulis dalam sebuah cerita, puisi
3)
Mempelajari kosakata baru (learning new vocabulary words)
Mempelajaridan memahami kosakata-kosakata
baru yang terdapat dalam bacaan yang mungkin baru untuk pembaca
4)
Berpartisipasi dalam diskusi
(participating in minilessons).
Siswa dan guru berdiskusi tentang starategi, konsep,
prosedur dan kemampuan yang terkait selama membaca
e.
Tahap 5 : Memperluas
penafsiran dan mengaplikasikanya (extending the interpretation).
Pada tahap yang terakhir
ini, yaitu memperluas penafsiran atau interpretasi, dapat dilakukan
kegiatan-kegiatan:
1) Memperdalam interpretasi dan pemahaman (deepen their interpretation)
2) Merefleksikan pemahaman (reflect
on their understanding)
3) Menilai pengalaman membaca (value
the reading experience)
Ketiga kegiatan itu dapat
dilakukan dengan melibatkan keterampilan berbahasa yang lain, seperti berbicara
dan menulis. Kegiatan seperti bermain peran/drama atau melakukan tugas/proyek
khusus juga dapat dilakukan.
2.
Mengajar Proses Membaca
Guru menerapkan lima tahap proses membaca dalam pembelajaran
membaca, mereka menggunakan beberapa metode pengajaran/penyampaian agar
siswanya mampu memahami dan menerapkan apa yang guru ajarkan. Metode tersebut
yaitu, (a) Diskusi atau pembelajaran singkat (minilesson), (b), Unit focus literature/sastra (literarure focus unit), (c) siklus tema
(theme cycle) dan (d) workshop
membaca (reading workshop)
a. Pembelajaran singkat (minilesson)
Pelajaran singkat yang
berfokus pada siswa, karena siswa membutuhkan pemahaman tentang proses membaca
baik yang bertujuan mencari informasi atau estetik (efferent and esthetic) dan bagaimana siswa bisa memperdalam
penafsiran dan mengaplikasikannya. Siswa diajarkan tentang prosedur, konsep,
kemampuan dan strategi yang dibutuhkan dalam proses membaca, serta mampu
mengapikasikan apa yang telah dipelajari melalui kegiatan fokus literatur, workshop membaca
dan siklus tema.
b. Unit focus literature/sastra (literarure
focus unit)
Sebuah unit Fokus
sastra adalah pendekatan multi-genre yang mengajarkan seni bahasa, dengan
berfokus pada tema tertentu, keterampilan, atau pedagogi. Melalui metode ini
siswa belajar melalui lima tahap proses membaca. Mereka membaca bersama buku
dan bab, kemudian mereka saling menanggapi apa yang mereka baca dan
berpartisipasi dalam kegiatan eksplorasi. Siswa juga membuat proyek-proyek
untuk memperluas interpretasi mereka atas buku yang dibaca.
c. Siklus tema (theme cycle)
Metode ini menggunakan
pendekatan tema dalam pembelajarannya. Buku yang dibaca disesuaikan dengan tema
yang telah ditentukan sebelumnya. Contohnya tema pelajaran yaitu serangga, pada
awal pelajaran siswa disuruh membaca buku “It’s a Good Thing There Are Insects
(Fowler, 1990). Siswa melalui semua tahapan proses membaca dalam kegiatan
ini. Masih dalam tema serangga, guru
juga bisa membagi kelas menjadi dua kelompok, satu kelompok membaca buku “ The
Grouchy Ladybug” dan kelompok yang lain membaca buku “Ladybug”. Setelah mereka
selesai membaca, mereka saling bertukar buku dan membacanya lagi. Setelah itu
diadakan sebuah diskusi bersama tentang apa yang sudah mereka baca, mereka
kemudian membandingkannya dengan kelompok lain. Siswa juga membuat proyek untuk
memperdalam tentang pemahaman mengenai suatu hal tertentu yang menjadi fokus
bacaan.
d. Workshop membaca (reading
workshop)
Seperti yang telah
dibahas pada bab sebelumnya bahwa reading workshop terdiri atas tiga komponen,
yaitu membaca dan merespon, saling berbagi, dan minilesson. Dengan metode ini
siswa melalui semua tahap dalam proses membaca dalam mengikuti sebuah workshop
membaca. Hal tersebut dapat dilihat pada saat, siswa memilih buku dan mencoba
membuat hubngan dengan buku (tahap 1), membaca buku secara mandiri (tahap 2),
setelah membaca buku siswa menulis dalam sebuah catatan (tahap 3), kemusian
siswa membuat proyek berdasarkan bacaan (tahap 5). Jadi dengan metode ini siswa
mampu memahami dan mengerti tentang proses membaca.
3.
Beradaptasi Untuk Memenuhi Kebutuhan Setiap Siswa Dalam Proses
Membaca
Aktivitas yang berlangsung dalam
setiap tahap proses membaca dapat dapat diadaptasi untuk membantu setiap siswa
menjadi pembaca yang lebih sukses.Bagi siswa yang memiliki keterbatasan
kemampuan dan bagi mereka yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua,
banyak waktu yang dapat digunakan untuk mempersiapakan mereka untuk membaca.
Oleh karena itu guru dapat membacakan teks/bacaan dikelas dengan nyaring atau
bisa menggunakan membaca bersama bagi mereka yang kurang lancar membaca. Dalam
tahap merespon, siswa dapat menggambarkan atau menuliskan apa yang dia
“tangkap” selama membaca pada sebuah catatan. Siswa dapat membaca kembali buku
dengan temannya selama tahap eksplorasi berlangsung. Pada tahap ke lima siswa
mampu membuat proyek yang sesuai dengan isi bacaan.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran
membaca dengan Pendekatan proses yakni pembelajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses
belajar mengajar. Pendekatan proses
memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang cocok untuk
memperoleh serta mengembangkan kompetensi membaca yang dipelajarinya dalam hal
bahasa Indonesia. Adapun pelaksanaan pembelajaran membaca dengan pendekatan
proses sebagai berikut:
1. Persiapan
untuk membaca
Sebelum dilaksanakan
membaca siswa dimunkinkan terlebih dahulu memilih teks cerita, kemudian baru
siswa membuat perencanaan membaca sambil menghubungkan dengan pengalaman
2. Membaca
Pada tahap ini siswa mulai
membaca teks sambil mengkonfirmasi apa yang telah di rencanakan pada tahap
persiapan. membaca dapat dilakukan dengan berbagai model seperti, membaca
nyaring, membaca bersama, membaca berpasangan, membaca bebas.
3. Merespon
Pada tahap ini siswa sudah mulai merespon apa yang mereka
baca serta memhami makna/isi dalam
bacaan
4. Mengeksplorasi teks
Siswa kembali memperhatikan teks untuk menggali isi teks
dengan cara membaca ulang serta mempelajari kosakata baru
5. Memperluas penafsiran
Merefleksikan pemahaman setelah membaca
Daftar Pustaka
Arbainsyah, Penerapan
Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
Interpretatif Siswa, Telabang: Jurnal Kependidikan Volume I, Nomor I,
Januari-Juni, 2008
Betty D Roe_Sandhy H.
Smith. (2012). Teaching Reading in
Today’s Elementary Schools. Canada. Macmillan company
Depdiknas. (2006a) Naskah Akademik Bahasa Indonesia. Diambil pada bulan 12 Desember
2014 dari http://www.puskur.netdownloadnaskahakademik.doc.
Depdiknas.
(2007). Draf Kurikulum 2007 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdiknas.
Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Gordon,
Wainwright. (2006). Speed Reading Better Recalling. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tarigan,
H.G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tomkins,
Gail. E. Hoskisson, Kenneth. (1995). Language
Arts Content and Teaching strategies. USA: Prentice- Hall. Inc
0 komentar:
Posting Komentar