DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN TEORI
TENTANG LEARNING
TRAJECTORY
Hari
ini Selasa tanggal 7 April 2014 kelas saya P2TK Pendidikan dasar melaksanakan
perkuliahan yang merupakan pertemuan ke -8 mata kuliah pengembangan Learning Trajectory yang diampu oleh
bapak Prof. Marsigit. Seperti biasa
beliau selalu menyapa kami dengan hangat sambil bersenda gurau, dan tak
lupa selalu mengingatkan kami untuk berdoa dan merekam aktivitas kuliah hari
ini. Dan materi yang akan disampaikan bapak Marsigit hari ini adalah tentang Learning Trajectory.
Dalam
bahasa filsafat tujuan hidup itu adalah sopan dan santun terhadap ruang dan
waktu. Maksudnya adalah karena manusia bersifat terbatas, tidak ada yang bisa
mencapai sopan dan santun terhadap ruang dan waktu secara absolut. Jikalau ada
hanya orang-orang terpilih yang bisa mencapainya. Yang berarti orang sempurna.
Yang bisa menyesuaikan setiap ruang dan waktu. Jadi tidak ada manusia yang
sempurna. Karena sebenar-benar hidup adalah kesempurnaan didalam ketidak
sempurnaan. Kelebihan dalam kekurangannya. Merdeka dalam keterbatasannya.
Sosial didalam indivudulaitasnya, serta menjaga hubungan yang baik dengan sang
pencipta ALLAH SWT dan hubungan yang harmonis antara sesama manusia. Dan tak
lupa pula tetap berusaha didalam takdir yang sudah digariskan Allah. Tidak
boleh berputus asa. Jangan hanya mengejar kehidupan duniawi saja. Karena kehidupan
yang kekal adalah di hakirat kelak. Kalau kita selalu menuruti kemalasan maka
akan terjadi bencana dalam diri kita sendiri. Karena dalam falsafah jawa sudah
dijelaskan bahwa konsep hidup adalah keseimbangan, selaras, diam dalam gerak,
gerak dalam diam.
Kaitannya dengan PBM,
kita sebagai guru harus terlebih dahulu mengerti akan diri kita sendiri,maksudnya
mengerti akan tugas dan tanggung jawab kita, kalau itu sudah tercapai maka kan
mudah untuk mengerti siswa kita sendiri. Siswa
juga memiliki keterbatasannya. Namun juga memiliki ketetapannya ada absolutnya,
semakin keatas semakin absolut semakin tinggi semakin tungggal, yaitu kuasa
Tuhan. Semakin ke bawah semakin banyak. Urusan dunia adalah plural. Jika dijadikan
satu maka akan menjadi musibah/bencana. Hakekatnya didunia adalah plural dan
tidak bisa ditunggalkan. Hakikatnya anak kecil itu tidak bisa menjawab dan berbuat
salah atau keliru. Karena anak masih belajar. Didalam filsafat ada sebuah
aliran valibisme yaitu keliru itu adalah benar. Begitu juga dengan siswa.
terutama siswa sekolah dasar, masih belajar. Kita sebagai guru mengetahui dan
memahami karakteristik siswa.
Bapak
Marsigit mengatakan bahwa di dalam pendidikan kita Learning Trajectory baru terlaksana sebahagian karena sebahagian
lagi adalah teaching Trajectory. Didalam learning Trajektori
terdapat berbagai bentuk yaitu
1. Material
·
Konteks (fisik/artefak) dan konten
·
Lingkungan dan budaya
·
Didalam matematika, bisa disebut
etnomatematik/matematik berbasis budaya
·
Perangkat pembelajaran
Sudah tugas guru, untuk
menggali yang dalam bentuk filsafat, paradigma, teori, dari sana konten
materialnya/fenomenanya atau datanya atau pengalamannya. Kemudian guru
menggabungkan antara teori yang ada pada normatif diambil dari referensi dengan
material dalam praktek pembelajaran yang bersifat langsung dan tidak langsung.
Atau simulasi dalam bentuk video.
2. Formal
·
UUD 1945
·
Pancasila
·
UU
·
PP
·
Permen
·
Kurikulum
·
Silabus
·
RPP
·
LKS
·
Assesmen
3. Normatif
·
Kuliah
·
Blog
·
Makalah ilmiah
·
Jurnal
·
Penelitian
·
Buku
·
Filsafat
Karena pada prinsipnya
aspek normatif adalah filsafat atau pikiran kita sendiri. Yang meliputi
hakikat, metode serta aspek etik dan estetika. Dalam hakikat filsafat itu
terdapat wadah dan isi. Tiada wadah tanpa isi, tiada isi tanpa wadah. Untuk
mengetahui cara berpikir siswa, kita perlu mengetahui hak siswa dalam
pembelajaran itu sendiri. Kita eksplor,
kita selidiki atau teliti, bagaimana kedudukan siswa dalam pembelajaran. Dalam
filsafat atau hakekatnya, merentang dari lingkungan budaya indonesia/jawa,
secara filosofi, muncullah ajaran ing
ngaso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Arti dari semboyan ini adalah: ing ngarsa sung tulada (di
depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik),
ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus
bisa memberikan dorongan dan arahan)
4. Spiritual
·
Syariat
·
Hakikat
·
Ma’rifat
Untuk mengetahui cara berfikir diri
seorang siswa, siswa sebagai warga Negara. Negara menjamin haknya yaitu hak
memperoleh pendidikan, hak mendapatkan kesejahteraan. Keselamatn, kecerdasan
dan setrusnya.Tugas kita sebagai guru untuk meneiliti kedudukan siswa. Dimensi
yang paling tinggi yaitu spiritual. Dimensi ini sangat jelas terutama hubungan
makhluk dengan penciptanya. Kita sebagai makhluknya harus bisa menjalankan dan
meninggalkan apa yang disyariatkannya. Supaya kita bisa menjadi manusia yang
hakiki, yaitu manusia yang sebenar-benar manusia. Yang menjaga hubungan dengan
penciptanya serta hubungan manusia dengan manusia itu sendiri. Kalau itu semua
sudah seimbang maka insya Allah. Kasih saying dan ridha allah disetiap langkah
dan helaan nafas kita akan selalu ada.
Sehingga
setelah di interaksikan antara teori dan praktek maka diperolehlah
sebenar-benar bangunan hermenetika
learning trajectory. hidupku adalah aku dalam lingkunganku. Kalau tidak
memperhatikan lingkungan hati tidak akan tenang. Akan bermasalah Maka anti
sosial.Setelah memahami hermenetika setiap titik mengandung tiga unsur yaitu
unsure rutin, rutin itu adalah kodrat yang diperoleh. Sadar terhadap ruang dan
waktu dengan melakukan penelitian, dan ilmu yang diperoleh membangun hidupku.
Maka hidupku penuh dengan ikhtiar dalam kodratnya. Dimana rutinitas dalam hidup
biasa kita hidup sebagai fatal.
Sedangkan sadar dan membangun hidup kita sebut sebagai vital jadi wujudnya adalah meneliti seperti saintifik, problem
solving. Jadi sebenar-benar hidup adalah membangun teori, kita harus membangun
teori setiap waktu, agar tidak termasuk orang-orang yang merugi. Maka dengan
rutin membaca secara tidak langsung tanpa terasa sudah membangun teori, kalau
sudah dikembangkan membangun hidup. Maka sebenar-benar belajar adalah membangun.
Jadi peran guru adalah bagaimana memberi fasilitas, rauang dan waktu untuk
siswa agar bisa membangun. Jangan didogma dengan otoriter, dengan memaksa
kehendak. Setelah itu semua terlaksana dengan baik maka akan lahirlah hermenitka learning trajectory.
0 komentar:
Posting Komentar